blog rsud sragen

menjalin silaturahim online

Mewujudkan Learning Culture (Budaya Pembelajaran) Di RSUD Sragen

csSalah satu kegiatan yang berperan terhadap pengembangan dan peningkatan mutu tenaga/ SDM Kesehatan ialah melalui pendidikan dan pelatihan (diklat). Ada dua hal pokok yang perlu segera diantisipasi dalam upaya peningkatan mutu SDM Kesehatan melalui diklat, yaitu:
Pertama, perubahan paradigma di bidang diklat yang berkembang khususnya perubahan orientasi pelatihan, dari trainer oriented menjadi learner oriented, hal ini tentunya menuntut adanya perubahan kebijakan, pola pikir dan pengembangan program serta pelayanan pelatihan.
Kedua, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang informasi dan komunikasi berpengaruh langsung terhadap perkembangan teknologi pembelajaran.

Namun, cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut belum semuanya dapat diikuti oleh Bidang Mutu dan Pendidikan RSUD Sragen khususnya di bidang pendidikan dan pelatihan dalam upaya pengembangan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini karena keterbatasan sumber daya untuk memenuhi sumber belajar (pengajar, bahan belajar dan sarana belajar) yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan bidang kesehatan. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana mendekatkan sumber belajar pada pembelajar (learner) dimana pun keberadaanya. Dengan kemajuan di bidang internet sudah mampu mengatasinya, permasalah dimensi ruang dapat dieliminir sehingga siapapun dengan menggunakan teknologi internet dapat mengakses sumber belajar.

Dalam rangka peningkatan efektivitas proses belajar dan didukung dengan sumber belajar yang memadai, baik dalam pengertian tools technology maupun system technology diperlukan upaya nyata yang efektif dan efisien dalam penggunaan sumber belajar, diantaranya :
1) Pemanfaatan dan pemberdayaan sumber daya yang ada
Diklat secara historikal, telah mulai menginvestasikan pengetahuan untuk menjadikan sebagai pusat sumber belajar di bidang kesehatan dengan tugas dan fungsinya saat itu untuk menyelenggarakan diklat. Pengembangan diprioritaskan pada pemanfaatan sumber daya yang sudah ada baik perangkat keras, perangkat lunak, maupun perangkat pikirnya/ manusianya (brainware), sehingga program prioritas lebih ke meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang ada dan memberdayakan sumber daya sesuai dengan kebutuhan/ keinginan pihak Manajemen. Bentuk peningkatan pemanfaatan dilakukan dengan menata ulang sumber daya yang masih relevan. Pemberdayaan dilakukan dengan memberikan pelatihan, studi banding, dan pendidikan formal sesuai dengan kebutuhan.
2) Kemitraan (networking)
Jalinan kemitraan di lingkungan RSUD Sragen sudah ada, contohnya kemitraan antara Fakultas Kedokteran FK-UII Yogyakarta dan FK UNS Surakarta, Akademi Kebidanan, Keperawatan, dan Akademi Kesehatan lainnya ada 32 Institusi Pendidikan, Pusdiklat/ Bapelkes, Dinas Kesehatan dan Unit Pelayanan Kesehatan yang lain. Pada tataran kemitraan ini, Bidang Mutu dan Pendidikan RSUD Sragen idealnya berperan sebagai fasilitas atau wadah untuk lebih menyatupadukan informasi sumber belajar yang tersebar.
3) Kualitas Perencana Anggaran
Biaya penyelenggaraan pendidikan pelatihan atau peningkatan ketrampilan dan perilaku di Institusi RSUD Sragen masih relatif kecil bila dibanding total pendapatan sebesar 26 Milyard, tahun anggaran 2009 saja hanya mengusulkan sebesar 157 Juta. Untuk kegiatan Perencanaan Anggaran pengembangan pelatihan perlu adanya sebuah kebijakan dan komitmen pihak manajemen.
Pertanyaan utamanya adalah kebijakan dan komitmen apa, dalam mewujudkan budaya pembelajaran?
(bersambung)

Filed under: Catatan Kecil Dulkumat, ,

Tinggalkan komentar